Penelitiankuantitatif banyak digunakan dalam ilmu alam dan sosial: biologi, kimia, psikologi, ekonomi, sosiologi, pemasaran, dan lain-lain. Nah, itulah tadi artikel yang bisa kami berikan pada kalian tentang adanya klasifikasi penelitian dilihat berdasarkan tujuan dan metodenya beserta dengan contoh penggunannya.
1. Pengertian Sistem Subjek Sistem subjek yakni sistem penyimpanan dan reka cipta kembali pertinggal nan disusunberdasarkan pengelompokan stempel kelainan/subjek pada isi tembusan. Intern mengelola pertinggal pribadi kita pula bisa menerapkan sistem subjek, misalnya di rumah tataran. Ada manuskrip tentang pembayaran rekening listrik, rekening telepon, tembusan tentang ijazah, akte kelahiran, dan tidak-tidak. 2. Fungsi sistem subjek dan Kelemahan sistem subjek Kelebihan sistem subjek mudah berburu keterangan bila perihalnya saja yang ingin diketahui. boleh dikembangkan dengan lain terbatasnya judul dan susunannya. Kelemahan sistem subjek sulit mengklasifikasikan apabila terdapat aneka ragam perihal yang dempang sama sedangkan berlainan satu sama sekata untuk bermacam varietas surat. 3. Daftar Klasifikasi Subjek Daftar klasifikasi arsip ini adalah daftar nan berisi tentang pengelompokan pertinggal berdasarkanmasalah-masalah, secara berstruktur dan logis, serta disusun bertajuk dengan tanda-tanda khusus yang berfungsi seumpama kode. Tujuan pembuatan daftar klasifikasi subjek adalah bak berikut 1. Agar istilah yang digunakan untuk kategorisasi pertinggal dapat dibuat tetap dan seragam 2. Semua sahifah nan bersubjek sama akan dapat berkumpul di tempat yang sama, dan arsip yang subjeknya saling berkaitan akan diletakkan berkembar. 3. Mengasongkan agar piagam secara mudah, cepat, dan tepat, ditentukan pun dan dikembalikan ke ajang sediakala. Intern merumuskan daftar klasifikasi subjek, problem-masalah nan ada dibagi menjadi sejumlah tangga, yaitu misal berikut. Tingkat I masalah utama masalah nan paling luas Tingkat II sub masalah problem yang lebih kecil dari masalah utama Tingkat III sub-sub masalah masalah yang lebih kecil dari sub masalah Ki kesulitan Terdepan Masalah Sub Kelainan Kp Kepegawaian Cuti a. Perlop Melahirkan b. Cuti Nyeri c. Cuti Tahunan Mutasi a. Kenaikan golongan b. Masa kerja c. Tunjangan keluarga d. Alih tugas e. Jabatan Masalah Utama Ki kesulitan Sub Masalah Kp Kepegawaian Cuti Alih tugas bagi instansi yang ira lingkupnya luas, dapat memperalat daftar klasifikasi subjek sampai 3 jenjang atau makin, sedangkan instansi yang latar kerjanya kecil cukup memperalat satu atau dua tingkatan namun. Adapun daftar klasifikasi subjek dibagi menjadi 2, yaitu andai berikut 1. Daftar Klasifikasi Subjek Standar Daftar subjek ini disebut standar karena daftar ini sudah merupakan standar masyarakat di tingkat sejagat. Daftar standar ini banyak dipergunakan bikin memilah persendian di persuratan dan penggolongan penyimpanan sahifah. Tembusan-arsip yang memiliki masalah subjek yang banyak dan luas memerlukan notasi terperinci moga lokasi penyimpanan arsipnya jelas. Misalnya, di nasional tembusan suatu Negara. Alasan pemakaian daftar standar pemanfaatan daftar tolok ini sangat sesuai dengan keperluan. Tetapi lakukan suatu instansi yang mempergunakansistem subjek, penggunaan daftar barometer ini rendah tepat karena setiap instansi punya kegiatan di parasan tertentu dan terbatas. Ada beberapa daftar klasifikasi subjek patokan yang pas banyak digunakan secara internasional, yaitu DDC Dewey Decimal Clasification; UDC Universal Decimal Clasification; LC Library of Congress Clasification. DDC membagi subjeknya ke dalam 10 kelas utama, sama seperti UDC, sedangkan LC memberi subjeknya ke n domestik 20 kelas utama. Ketiga diversifikasi klasifikasi itu membagi subjeknya beralaskan pembagian ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ketiganya sepakat dipergunakan untuk mengelompokkan koleksi buku di persuratan. Sebagai contoh, diambilkan pembagian kelas berpangkal DDC yang sebenarnya setimbang dengan pembagian UDC. Semua ilmu pengetahuan maka dari itu pendiri DDC, yaitu Melvil Dewey diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas utama sama dengan berikut. 000 Mahajana 100 Filsafat 200 Agama 300 Ilmu Sosial 400 Bahasa 500 Ilmu Zakiah 600 Ilmu Terapan 700 Kesenian 800 Kesusastraan 900 Sejarah dan Geologi. Notasi DDC adalah angka decimal, misalnya lakukan Filsafat berkisar antara 100–199. Kelas utama dibagi sekali lagi ke dalam 10 kelas kedua devisi. Kelas kedua dibagi pun internal 10 kelas bawah ketiga seksi. Misalnya, 600 merupakan Hobatan Terapan, 630 adalah Pertanian, 631 adalah Teknik dan Alat Persawahan, adalah Perlengkapan Pertanian, 631,31 adalah Mesin Pengerjaan Persil, 631,312 adalah Bajak. Notasi atau nomor klasifikasi bikin menentukan letak sasaran di tempat penyimpanan. Perpustakaan atau arsip kewarganegaraan yang punya pusparagam intern kuantitas ki akbar dan mencangam 10 bidang ilmu pengetahuan, niscaya tepat untuk menggunakan sistem subjek DDC maupun UDC. Sekiranya 10 kelas utama tersebut masih sedikit terperinci, maka bagan LC nan terdiri atas 20 papan bawah utama dapat digunakan. Lakukan arsip kantor pemerintah daerah penggunaan UDC tampaknya tidak cocok karena tiga hal berikut 1. Surat pemerintah kewedanan hanya mencakup subjek-subjek administrasi negara yang di internal DDC maupun UDC tetapi mencakup nomor 350 sehingga nomor yang dipakai akan terdiri atas digit yang banyak. 2. Notasi UDC sukar digunakan sebagai tanda pengenal inskripsi dan lokasinya. 3. Petugas arsip harus memperoleh pendidikan partikular, sementara itu jumlah petugas kopi nisbi banyak. Bikin pengelolaan arsip, bagan subjek yang lewat seia dipergunakan adalah bagan klasifikasisubjek buatan sendiri. Takdirnya cak bagi tata salinan nasional sesuatu negara yang mencakup semua bidang kegiatan negara bagan klasifikasi kriteria seperti DDC, UDC dan LC dapat digunakan. 4. Daftar Klasifikasi Subjek Imitasi Koteng Kaidah yang terbaik privat penyimpanan arsip yang mempergunakan sistem subjek adalah mempergunakan daftar klasifikasi subjek buatan sendiri. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan, fungsi, dan tugas setiap jawatan tidaklah selevel. Daftar imitasi sendiri lebih semupakat dengan kebutuhan dan harapan kantor per. Ada beberapa cara membuat daftar klasifikasi merupakan umpama berikut 1. mengingat-ingat setiap isi perihal tindasan yang diterima secara satu-satu suatu di dalam suatu buku tulis. Daftar itu kemudian disusun menurut abjad. Beberapa istilah yang sama pas diambil suatu untuk dimasukkan dalam daftar. Istilah subjek yang dipilih cak bagi daftar subjek hendaklah menetapi persyaratan 1. nomina atau yang dibendakan 2. sesanggup boleh jadi terdiri atas satu pengenalan 3. pengertiannya jelas satu komplikasi maupun subjek. 4. mengumpulkan semua masalah yang terserah plong seluruh instansi. Fungsi dan tugas masing-masing unit kerja telah jelas maka istilah subjek boleh diambil dari fungsi dan tugas tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu daftar subjek. Misalnya, Personalia sebagaisubjek pertama, kemudian Kesejahteraan perumpamaan subjek kedua, dan Perlop sebagai subjek ketiga, dan seterusnya. Penulisan daftar klasifikasi subjek dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain sebagai berikut 1. Daftar Klasifikasi Subjek Bersih Daftar subjek bersih adalah daftar yang berisikan istilah-istilah subjek tanpa disertai kode notasi dan disusun menurut urutan aksara. Daftar tersebut dapat disusun menurut dua kaidah urutan abjad, merupakan urutan fonem kamus dan pujuk fonem ensiklopedia 1. Urutan abjad kamus yaitu urutan abc dari istilah-istilah yang disusun secara terpisah, seperti sreg susunan kamus, sonder menyibuk hubunganhubungan istilah dan tingkatan-tingkatannya. 2. Bujuk fonem ensiklopedia adalah urutan fonem berdasarkan istilah berpokok kelompok nan jenjangnya setingkat, yaitu setingkat dengan tingkatantingkatan tiap-tiap kelompok sama dengan yang biasa digunakan plong interelasi eksiklopedia. Lengkap sa-puan lambang bunyi kamus Bonus Cuti Gaji Azab Kebugaran Kesejahteraan Keuangan Koperasi Kredit Lamaran Mutasi Pajak Hierarki Pendidikan Pengadaan Pegawai Pengangkatan Pensiun Percobaan Personalia Seleksi Abjad Ensiklopedis adalah pujuk abjad bersendikan istilah bersumber kelompok nan jenjangnya setingkat, sesuai dengan strata masing-masing kelompok istilah seperti yang biasa dipergunakan lega susunan ensiklopedis. Model Aksara ensiklopedis Keuangan Skor Pajak Personalia Kesejahteraan Bonus Cuti Gaji Kebugaran Koperasi Purnakarya Mutasi Hukuman Jenjang Pengangkatan Pendidikan Pengadaan Pegawai Lamaran Percobaan Penyortiran 3. Daftar Klasifikasi Subjek Berkode Daftar subjek berkode adalah daftar nan berisikan istilah-istilah subjek yang dilengkapi dengan kode dari istilah subjek bersangkutan. Kode atau biasa juga disebut notasi yaitu nama pengenal identitas dari sesuatu istilah subjek. Kegunaan kode ini sesungguhnya adalah 1. bagi melincirkan mengarifi kerubungan pecah sesuatu subjek 2. untuk memudahkan penentuan lokasi dan urutan-urutan penyimpanan alamat-bahan semenjak subjekbersangkutan. Kegunaan kode yang keladak lebih ditujukan kepada penggunaan koleksi perpustakaan, rakberdasarkan kode yang ditempelkan sreg punggung buku. Untuk arsip yang banyak, seperti mana Arsip Nasional atau Resep Arsip suatu instansi, kode memang terlampau diperlukan untuk menentukan lokasi dan kronologi penyimpanan. Sementara itu, kerjakan surat-arsip di bagian atau unit suatu instansi pengikutan kode pada istilah subjek agaknya tidaklah diperlukan bermartabat, bahkan bisa menyulitkan petugas dalam menghafaz kode untuk mengetahui lokasi arsip. Persyaratan bagi teladan kode nan dipilih adalah 2. mudah dipahami dan diingat 4. sederhana dalam penulisan. Penulisan kode bisa dilakukan dengan cara 1. angka Arab, misalnya 1,2,3 2. angka Romawi misalnya I, II, III 3. skor desimal misalnya 00, 11, 4. angka Duplex misalnya 1-3, 7-10, 11-13. 1. fonem besar seperti A, B, C 2. fonem katai sama dengan a, b, c, d 3. gabungan fonem AA, AB, ac, ad, Ac 4. kependekakan seperti KU keuangan, KP kepegawaian, PL perlengkapan. 5. Kode gabungan skor dan abc atau huruf dan angka, misalnya Salah satu contoh berpokok daftar subjek berkode dicantumkan berikut ini, nan diambil sebagian dari Daftar Klasifikasi Kearsipan Dep. Internal Negeri RI. 000 Publik 020 Peralatan 021 Peranti Tulis 022 Mesin kantor 100 Rezim 110 Pemerintahan Sendi 111 Presiden 112 Konsul Presiden 190 Hubungan Luar Negeri 191 Badal luar 195 PBB 200 Politik 200 Kebijakan 202 Orde Baru Kode yang mewakili kelas bawah masalah senyatanya sudah layak memadai bagi penyimpanan dan rakitan kembali salinan. Jika lakukan keperluan idiosinkratis terutama cak bagi kecermatan dan ketepatan lebih lanjut, komplikasi atau subjek dapat diteruskan dengan komplemen kode seperti bentuk penyajian, wilayah, dan komponen. Rangka penyajian membujur tambahan kode seperti contoh berikut ini. –01 Laporan –02 Statistik –03 Seminar, Lokakarya –04 Peraturan Perundang-invitasi –05 Penelitian –06 Pendidikan –07 Perencanaan –08 Panitia –09 Ceramah Contoh kode subjek nan mempergunakan pelengkap bentuk penyajian. 480 Kendaraan Massa –03 Sanggar kegiatan Lokakarya Alat angkut Komposit Buat melengkapi masalah dengan area maka kode masalah dapat ditambah dengan kode kawasan sebagai berikut. –1 Pusat –2 Sumatra –21 Aceh –22 Sumatra Utara –23– –3 Jawa –31 DKI Jakarta –32 Jawa Barat –33 — –4 Kalimantan –41 Kalimantan Barat –42 Kalimantan Tengah –43 — –5 Sulawesi –51 Sulawesi Lor –52 Sulawesi perdua –53 – Kode ki kesulitan boleh juga ditambah dengan kode singkatan nama instansi sebagaimana contoh berikut. –IJ Inspektorat Jenderal –SJ Sekretaris Jenderal –SP Direktorat Jenderal Sosial Politik dan seterusnya. Contoh kode subjek yang disertai makanya kode singkatan logo instansi. 700 Penapisan –SJ Tata usaha Jenderal 700-SJ Pengawasan di Kepaniteraan Jenderal Dari pembehasan di atas, jelas bahwa teoretis klasifikasi dan kode nan akan diterapkan sebaiknya adalah buatan sendiri sehingga akan sesuai dengan kebutuhan arsip instansi bersangkutan 6. Varietas-jenis peralatan dan organ dalam sistem subjek Kebutuhan filling cabinet disesuaikan dengan daftar klasifikasi yang sudah dibuat. suatu laci fillng cabinet dapat memuat satu komplikasi utama. Jika kelainan terdepan terserah 10, maka diperlukan 10 laci 3 filling cabinet 4 laci . Dapat juga satu laci bagi memuat satu sub komplikasi. Sekiranya satu laci memuat satu komplikasi utama, maka kuantitas guide yang dibutuhkan sebanyak jumlah sub kebobrokan, ditambah dengan sub-sub masalah. Kalau satu laci memuat suatu sub masalah, maka jumlah guide yang digunakan sebanyak jumlah sub-sub masalah. Hanging folder yang dibutuhkan sebanyak kuantitas sub-sub masalah, ataupun sebanyak total penyakit yang ada lega tingkatan keladak. Setiap satu jenis surat keadaan sahifah dibuatkan suatu kartu indeksnya. Jadi, semua sertifikat yang disimpan mempunyai kartu penanda. Tak semua piagam yang disimpan dibuat karcis angkat tangan silang. Tetapi namun pertinggal surat yang berisikan bertambah berasal satu ki aib, baru dibuatkan tunjuk silang. Diperlukan untuk menyortir sahifah berlandaskan subjek. Jumlah subjek yang suka-suka dapat dijadikan bawah untuk menentukan berapa banyak perlengkapan sortir yang digunakan. Digunakan untuk menyimpan kartu indeks, yang penyusunan kartu indeksnya berlandaskan abjad. 8. Prosedur penyimpanan arsip Langkah-langkah menyimpan akta sistem subjek pada dasarnya setinggi dengan sistem-sistemyang tidak, yaitu sebagai berikut. 1. menyelidiki tanda pelepas Berkas atau surat yang disimpan diperiksa untuk memastikan apakah arsip mutakadim selesai diproses ataupun belum, dengan melihat tanda-logo perintah surat disimpan. Plong momen mengusut petugas berbarengan menentukan subjek surat tersebut. Contoh Bagas akan menyimpan surat dari ibu Arliani mengenai cuti sakit. Berjasa surat tersebut subjeknya merupakan Cuti Remai. 2. mengindeks Mengindeks dalam sistem subjek artinya menentukan permasalahan dokumen dengan mencocokan dengan daftar klasifikasi yang sudah dibuat. 3. mengode Menuliskan kode pada surat tersebut sesuai dengan daftar klasifikasi subjek. Kalau daftar klasifikasi subjek menggunakan kode beberapa abjad atau angka, maka kode yang ditulis pada tembusan adalah kode huruf atau skor tersebut. Tetapi jika daftar klasifikasi tidak menggunakan kode, maka yang ditulis merupakan logo subjeknya. Kode subjek nan ditulis yakni tanda/nomorsubjek pada daftar klasifikasi yang tingkatannya paling. 4. menyortir Surat-surat yang punya kode yang proporsional dikelompokan menjadi satu. Apabila inskripsi hanya suatu, maka tidak mesti disortir. 5. mengedrop Inskripsi-inskripsi ditempatkan sesuai dengan kode sura dan kode tempat penyimpanan. ideal surat sakit semenjak ibu Arliani ditempatkan dalam laci berkode Kepegawaian, dibelakang guide cuti dan di internal hangin folder Vakansi sakit. Goresan sebelum dokumen ditempatkan secara permanen lega tempat penyimpanan, jangan lupa bagi takhlik tiket indeks terlebih dahulu. 6. Prosedur penemuan kembali Langkah-lanhkah menemukan arsip privat sistem subjek adalah laksana berikut 1. tentukan subjek arsip nan dicari contoh bapak anwar kepingin mencari dokumen akan halnya SPT surat deklarasi pajak tahun 2008. Maka dari itu karena itu, afifah andai arsiparis menentukan subjek tembusan tersebut, yaitu SPT 2. menentukan penanda subjek salinan kemudian diindeks dengan pendirian mencocokan subjek surat dengan daftar klasifikasi subjek contoh kepegawaian vakansi liburan bersalin kelepasan guncangan cuti tahunan keuangan kredit pajak PBB PPh PPn Berati surat tersebut indeksnya PPh – Pajak – Keuangan. contoh surat tersebut kodenya PPh 4. mencari arsip pada panggung penyimpanan contoh arsip tersebut dicari pada laci beerkode keuangan, di belakang guide berkode pajak, di dalam hanging folder berkode PPh 5. mengambil arsip pada arena penyimpanan ambillaharsip tersebut dan tukar dengan sutra pinjam arsip makao 1 6. mengambil arsip jika memang benar surat yang dicari arsip selanjutnya diberikan kepada peminjam disertai lembar pinjam surat lembar 2 7. memasrahkan arsip lega peminjam jika lain mengetahui permasalahan surat, namun hanya diketahui logo individu / perusahaan bagaikan identitas surat yang dicari. Cak bagi demikian, maka arsip tersebut dapat ditemukan semata-mata dalam hal ini perlu radas bantu, ialah kartu indeks. Berikut langkah nan dapat dilakukan jikalau arsip yang dicari tidak diketahui subjeknya 1. tentukan nama anak adam/jasmani/perusahaan andai identitas piagam contoh andika ingin mencari tindasan atas cap gunawan wubisono, tetapi dia bukan mengetahui subjek ssratnya. Dengan demikian identitas surat tersebut yakni gunawan wibisono. 2. indekslah nama tersebut contoh penanda jenama berasal gunawan wibisono adalah, wibisono, gunawan 3. tentukan kodenya, yaitu Wi 4. carilah kartu indeks plong laci cardex yang berkode W, dibelakang guide Wi. 5. Lihatlah kode surat yang tersurat pada kartu indeks. 6. Cocokkan kode tersebut dengan daftar klasifikasi subjek 7. Cari arsip tersebut pada laci yang berkode kepegawaian, di belakang guide cuti. 8. Ambil kopi tersebut seandainya memang benar arsip yang dicari dan tukar dengan utas sanggam arsip lembar 1 9. Serahkan sertifikat plong tertagih beerikut lembar pinjam arsip sutra 2 10. Simpan sutra sanggam dokumen lembar 3 pada tickler file. Moga BERMANFAAT;
MengulasKalimat Perintah dari Pengertian sampai Contoh-contohnya. Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung intonasi dan makna perintah atau larangan. Kalimat ini sering kita sering gunakan untuk melarang atau bahkan meminta tolong kepada orang lain. Dalam Bahasa Indonesia, kalimat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan aspek tertentu.
DAFTAR KLASIFIKASI SISTEM SUBJECT/POKOK ISI/MASALAH/PERIHAL Sistem subject atau perihal atau masalah merupakan cara penyimpanan dan penemuan kembali surat dengan berpedoman pada perihal surat atau pokok isi surat. Yang perlu dipersiapkan untuk melakukan sistem ini yaitu membuat daftar klasifikasi yang memuat pengelompokan atau penggolong-golongan seluruh kegiatan/masalah/hal-hal yang dilakukan di seluruh kantor tempat sistem ini diterapkan. Masalah-masalah tersebut dikelompokkan kemudian diuraikan lagi menjadi lebih spesifik menurut isi pokok atau perihal surat. Masalah-masalah pokok dituliskan pada pembagian utama Main Subject, sedangkan uraian masalahnya disebut pada pembagian pembantu Sub Subject. Apabila uraian masalah masih dibagi lagi menjadi masalah yang lebih kecil, bagian ini disebut sub pembagian pembantu Sub Sub Subject. DAFTAR KLASIFIKASI ARSIP SISTEM SUBJEK No Main Subject Masalah Utama Sub Subject Sub Masalah Sub-Sub Subject Sub-Sub Masalah CODE 1. KEPEGAWAIAN KP KP1 Pengadaan Formasi Ijin Mutasi PHK Pensiun Kesehatan Kesejahteraan Bantuan Sosial Tunjangan Hari Raya Tunjangan Akhir Tahun 2. PERDAGANGAN PD PD2 Pemasaran Promosi Permintaan Penawaran Penawaran Pembelian Promosi Permintaan Penawaran Penawaran Produksi Pesanan Surat Jalan Faktur/Invoice Mesin pabrik Keuangan Tangguhan Pembayaran Tagihan I Tagihan II Tagihan III Kwitansi Nota 3. DINAS DN DN3 Kerjasama Kerjasama Perdagangan Kerjasama Olahraga Kerjasama Diklat Surat Dinas Surat Tugas Surat Keputusan Surat Perintah Surat Intruksi Nota Dinas Memorandum
Tujuanpembuatan daftar klasifikasi subjek adalah sebagai berikut: Agar istilah yang digunakan untuk pengelompokan dokumen dapat dibuat tetap dan seragam Semua arsip yang bersubjek sama akan dapat berkumpul di tempat yang sama, dan arsip yang subjeknya saling berkaitan akan diletakkan berdekatan.
BerandaKearsipanDaftar Klasifikasi Subyek Buatan Sendiri dan Murni Pada Pengelolaan Arsip Sistem Pokok Masalah atau Subyek A. Daftar Klasifikasi Subyek Buatan Sendiri Penyimpanan arsip yang mempergunakan sistem subyek, cara yang terbaik adalah mempergunakan daftar klasifikasi subyek buatan sendiri. Hal ini disebabkan karena kebutuhan, fungsi, dan tugas setiap kantor tidaklah sama. Daftar buatan sendiri lebih cocok dengan kebutuhan dan tujuan kantor masing-masing. Terdapat beberapa membuat daftar subyek, yakni 1. Cara yang paling sederhana membuat daftar subyek adalah dengan cara mencatat setiap isi perihal surat yang diterima satu per satu di dalam satu buku tulis. Daftar ini kemudian disusun menurut Subyek. Beberapa istilah yang sama cukup diambil satu untuk dimasukkan dalam daftar. Istilah subyek yang dipilih untuk daftar subyek hendaklah memenuhi persyaratan, 1 kata benda atau yang dibendakan, 2 sedapat mungkin terdiri atas 1 kata, 3 pengertiannya jelas satu masalah atau subyek. 2. Dengan mengumpulkan semua masalah yang ada pada seluruh instansi. Karena fungsi dan tugas masing-masing unit kerja sudah jelas, maka istilah subyek dapat diambil dari fungsi dan tugas tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu daftar subyek. Misalnya, Personalia sebagai subyek pertama, kemudian Kesejahteraan sebagai subyek kedua, dan Cuti sebagai subyek ketiga, dan sebagainya. Daftar subyek dapat diklasifikasi menjadi dua, yakni 1 daftar subyek murni dan 2 daftar subyek berkode. Contoh, daftar subyek murni adalah buku ekslopedia Encyclopaedia Britanica, atau daftar subyek Sears List yang seringkali dipakai di perpustakaan. Daftar subyek berkode, yakni daftar klasifikasi subyek yang dikembangkan oleh DDC, UDC dan LC. Demikian juga untuk daftar subyek klasifikasi buatan sendiri, terdiri atas daftar klasifikasi subyek murni dan daftar klasifikasi subyek berkode. B. Daftar Klasifikasi Subyek Murni Daftar subyek murni adalah daftar yang berisikan istilah-istilah subyek tanpa disertai kode notasi dan disusun menurut urutan Subyek. Daftar tersebut dapat disusun menurut dua cara urutan Subyek, yakni urutan Subyek kamus dan urutan Subyek Ensiklopedis. Urutan Subyek kamus adalah urutan Subyek dari istilah-istilah yang disusun secara sendiri-sendiri, seperti pada susunan kamus, tanpa melihat hubungan-hubungan istilah dan tingkatan-tingkatannya. Urutan Subyek ensiklopedia adalah urutan Subyek berdasarkan istilah dari kelompok yang jenjangnya setingkat, setingkat dengan tingkatantingkatan masing-masinh kelompok seperti yang biasa digunakan pada susunan eksiklopedia. Contoh urutan Subyek kamus dan contoh Subyek ensiklopedia sebagaimana dijabarkan pada Tabel 1 di bawah Subyek Kamus dan Urutan Subyek Ensiklopedia
DirekturCorporate Social Responsibility Dompet Dhuafa Sosial Enterprise, Herdiansyah mengatakan bahwa Rancangan Undang-Undang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau CSR dapat merujuk dan berpedoman kepada ISO 26000. Menurut Herdiansyah, selama ini CSR dipahami hanya sekadar donasi kepada masyarakat atau kegiatan sosial saja. Padahal hal tersebut hanyalah salah satu komponen yang baru terpenuhi
A. KLASIFIKASI 1. Pengertian Ada berbagai sumber yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui pengertian klasifikasi. Kamus besar bahasa indonesia menjelaskan bahwa, Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Sedangkan Sulistyo Basuki 1990 395 menyebutkan klasifikasi adalah proses pengelompokan artinya mengumpulkan benda atau entitas yang sama serta memisahkan benda atau entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pengertian klasifikasi adalah pengelompokan benda atau objek lainnya berdasarkan ciri-ciri yang sama. Dalam dunia perpustakaan atau pusat informasi lainnya pengertian klasifikasi tentu saja menjadi lebih khusus lagi sesuai dengan objek yang dimilikinya. Klasifikasi disini berarti pengelompokan bahan pustaka atau dokumen berdasarkan ciri-cirinya yang sama, bisa berupa pengarang, warna, bentuk fisik, isi dan sebagainya. Namun akhirnya kegiatan klasifikasi di perpustakaan modern lebih bersifat pengelompokan bahan pustaka berdasarkan isi atau subjek yang dibahas di dalamnya. 2. Tujuan Di dalam sistem pengaturan bahan pustaka pada rak perpustakaan, klasifikasi mempunyai dua tujuan. 1. Menentukan lokasi bahan pustaka di dalam jajaran koleksi perpustakaan. Hal ini dimungkinkan karena setiap bahan pustaka yang diterima perpustakaan akan dikelompokkan dan diberikan kode penyimpanannya sesuai dengan subjek yang dibahasnya. 2. Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki sabjek yang sama dalam satu jajaran koleksi. B. ANALISIS SUBJEK Sebagai konsekuensi logis dari kegiatan klasifikasi bahan pustaka berdasarkan subjek yang dibahas di dalamnya, kita harus mengetahui persis tentang sifat-sifat subjek bahan pustaka. Subjek bahan pustaka dapat disimpulkan secara tepat melalui analisis subjek. Yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas di dalam bahan pustaka. Setidak-tidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan dalam anlisis subjek, yang nantinya akan mempengaruhi hasil akhir proses klasifikasi. 1. Konsep subjek Merupakan suatu kesatuan kerangka struktur atau susunan penguraian subjek dalam bahan pustaka. Subjek yang dibahas dalam bahan pustaka memiliki tiga unsur yang membentuk satu kesatuan konsep subjek. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut a. Topik yang dibahas Yaitu inti permasalahan yang sebenarnya dibahas atau diuraikan dalam bahan pustaka. Para ahli sering juga menyebutkan dengan istilah fenomena. Pada kenyataannya topic yang dibahas dalam bahan pustaka bisa beragam dari mulai satu topic yang sederhana sampai pada beberapa topik yang berinteraksi secara kompleks. Baca Juga Sistem Klasifikasi DDC b. Disiplin ilmu Yang dimaksud dengan disiplin ilmu ini termasuk didalamnya pengertian sub disiplin ilmu yang menjadi turunannya. Disiplin ilmu adalah kajian bidang ilmu pengetahuan yang mempunyai objek serta metodologinya, misalnya filsafat, ilmu pengetahuan alam, sosiologi, kesenian, fisika dan sebagainya. Dengan kata lain disiplin ilmu merupakan kajian ilmu pengetahuan yang membidangi topik yang diuraikan dalam bahan pustaka. Hal ini perlu dipahami karena suatu topik tertentu ada kemungkinan terkait pada berbagai disiplin ilmu, yang akhirnya akan mempengaruhi hasil akhir proses klasifikasi. Untuk lebih jelasnya hubungan antara topik dengan disiplin ilmu ini dapat kita lihat pada contoh buku-buku berikut 1 “Pedoman memelihara ikan” karangan agus murtono - Topik yang dibahas ikan - Disiplin ilmu perikanan 2 “Teknik pengawetan ikan” karangan haryono - Topik yang dibahas ikan - Disiplin ilmu teknologi makanan c. Bentuk penyajian Merupakan wujud dari pengaturan organisasi, media dan sistematika penyajian subjek pada bahan pustaka. Memberikan ringkasan sifat-sifat untuk penyajian ini menjadi 2 kelompok yang dibedakan melalui 1 Struktur Suatu subjek disajikan dalam bahan pustaka menurut struktur atau sistematika susunan tertentu seperti - Monografi - disertasi - kumpulan dokumen pertemuan ilmiah - Kamus - direktori - bibiografi, katalog, dan indeks - skema kalsifikasi - dan sebagainya 2 Media Berupa bahasa, symbol matematis, gambar, peta, kaset dan sebagainya. Contoh pemakaiannya pada bahan pustaka - “peta kepadatan penduduk Kalimantan timur” - Subjek kepadatan penduduk - Bentuk penyajian peta 2. Cara menentukan subjek Seperti telah diutarakan sebelumnya, subjek bahan pustaka dapat ditentukan secara tepat melalui analisis subjek. Caranya tiada lain kecuali dengan membaca bahan pustaka melalui a. Judul Judul bahan pustaka pada dasarnya merupakan ringkasi isi secara singkat. Dari sini kita bisa menerka-nerka subjek apa yang sebenarnya dibahas di dalam bahan pustaka tersebut. Misalnya buku “pengantar ekonomi perusahaan” kemungkinan besar subjeknya akan berkisar pada “ekonomi perusahaan”. Begitu pula pada buku “teknik beternak kelinci” subjeknya akan berkisar pada “peternakan kelinci”. b. Daftar isi Ini merupakan kerangka sistematis penguraian subjek yang dibahas dalam bahan pustaka. Daftar isi biasanya merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang subjek bahan pustaka yang bersangkutan. Umumnya melalui daftar isi kita sudah dapat menentukan subjek bahan pustaka yang sebenarnya secara tepat. c. Kata pengantar Apabila daftar isi belum memberikan gambaran yang jelas tentang subjek yang dibahas, atau daftar isi itu sendiri malahan tidak ada, bacalah kata pengantar atau pendahuluan dari bahan pustaka yang bersangkutan. Di sinilah biasanya pengarang memberikan keterangan tentang subjek dan uraian ruang lingkup masalah yang dibahas dalam bahan pustaka. d. Uraian isi Bila langkah-langkah tersebut di atas belum memadai untuk menentukan subjek bahan pustaka yang akan di klasir, maka kita terpaksa harus membaca sebagian atau seluruhnya dari uraian isi bahan yang bersangkutan. Walaupun praktek membaca mungkin hanya sepintas saja. e. Sumber lain Usaha lain yang dapat dilakukan apabila menghadapi kesulitan dalam menentukan subjek, kita bisa menggunakan sumber informasi lain yang ada hubungannya dengan bahan pustaka. Informasi ini bisa berupa jaket bahan pustaka, tinjauan literature, abstrak dan sebagainya. C. KATALOG 1. Pengertian Katalog berasal dari bahasa Indonesia berasal dari kata Catalog dalam bahasa Belanda, serta Catalogue dari bahasa Inggris. Istilah katalog itu sendiri berasal dari frase Yunani Katalogos. Kata bermakna sarana atau menurut, sedangkan logos memiliki berbagai arti seperti kata, susunan, alasan dan nalar. Jadi katalog dari segi kata bermakna sebuah karya dengan isinya disusun menurut cara yang masuk akal. Menurut sebuah simpanan rencana atau hanya berdasarkan kata demi kata. Beberapa definisi katalog menurut ilmu perpustakaan dapat disebutkan sebagai berikut Katalog berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu. Suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. katalog perpustakaan adalah daftar buku atau koleksi pustaka dalam suatu perpustakaan atau dalam suatu koleksi. Sulistyo Basuki, 1991 Katalog perpustakaan merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan, 2003 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog merupakan daftar dari koleksi perpustakaan atau beberapa perpustakaan yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan dapat mengetahui dengan mudah koleksi apa yang dimiliki oleh perpustakaan dan dimana koleksi tersebut dapat ditemukan. 2. Tujuan dan fungsi katalog a. Tujuan Katalog Menurut Sulistyo-Basuki 1991 tujuan dari Katalog adalah sebagai berikut Memungkinkan seorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya, judulnya atau subjeknya. Menunjukan buku yang dimiliki perpustakann oleh pengarang tertentu, berdasarkan subjek tertentu dan dalam jenis literatur tertentu. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya dan berdasarkan karakternya sastra ataukah berdasarkan topik. b. Fungsi Katalog Charles Ammi Cutter menyebutkan tiga fungsi katalog yaitu Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui dari pengarang, judul atau subyeknya. Menunjukkan apa yang dimiliki suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu, pada subyek tertentu, dalam jenis literatur tertentu. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya bentuk sastra atau berdasarkan topik. Fungsi tersebut dikemukakan oleh Cutter lebih dari 100 tahun yang lalu, namun sampai saat ini masih sangat relevan tentunya dengan beberapa penyesuaian seperti istilah buku sebaiknya diganti dengan istilah koleksi. Sedangkan untuk katalog induk mempunyai fungsi tambahan antara lain mempermudah penyalinan katalog copy cataloguing, mendukung pengawasan bibliografi bibliographic control, dan menopang silang layan inter library loan. Qalyubi dkk 2007 menyebutkan fungsi katalog adalah sebagai berikut Mencatat karya seseorang pada tajuk yang sama. Menyusun entri pengarang secara tepat sehingga semua karya seseorang berada pada tajuk yang sama. Mencatat semua judul bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan. Menunjukkan rujukan silang cross reference dari beberapa istilah atau nama-nama yang sama yang digunakan sebagai tajuk. Memberikan petunjuk letak/lokasi bahan pustaka yang disusun pada perpustakaan. memberikan uraian tentang setiap karya yang dimiliki suatu perpustakaan sehingga pengguna perpustakaan user dapat memperoleh informasi yang lengkap tentag karya itu. Sedangkan Menurut Kao 2001, fungsi katalog adalah sebagai beikut Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui pengarangnya, judulnya atau subyeknya. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan dari pengarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, atau dalam jenis literature tertentu. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya. Berfungsi sebagai sarana yang sangat diperlukan oleh staf perpustakaan di bagian pengadaan, pengatalogan, kontrol inventarisasi dan pekerjaan-pekerjaan referensi. 3. Bentuk fisik katalog Horgan mengatakan bahwa bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan bentuk fisiknya. Sebelum katalog terpasang online muncul, telah dikenal berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog kartu. Sedangkan menurut Tylor, katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku book catalog, katalog berbentuk kartu card catalog, katalog berbentuk mikro microform catalog, katalog komputer terpasang online komputer catalog. Katalog bentuk buku merupakan katalog yang tersusun dalam 1 buku. Disebut juga katalog tercetak dan merupakan bentuk katalog yang paling kuno. Katalog bentuk buku memiliki beberapa keuntungan, seperti mudah digunakan, dapat di bawa ke mana-mana, dan digandakan dengan mudah. Kerugiannya adalah, sekali dijilid, maka katalog buku menjadi usang, karena tambahan buku tidak dapat disisipkan ke entri yang sudah ada. Katalog Berkas atau album dalam bahasa inggris disebut sheaf catalogue merupakan kumpulan kartu yang dijilid menjadi satu menjadi buku atau adalah mudah digunakan, pengguna dapat menggunakan katalog berkas yang berbeda-beda. Sedangkan kerugiannya adalah sekali adanya penambahan harus membongkar berkas, cenderung mudah hilang karena bentuknya lebih kecil dari pada katalog buku. Katalog Kartu adalah Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua deskripsi bibliografisnya dicatat pada kartu berukuran x cm. Keuntungan katalog berbentuk kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Kelemahannya adalah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pemustaka sering harus antri menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Katalog Cetak merupakan proses Setelah uraian-uraian katalog disusun menurut system tertentu, kemudian dicetak menjadi semacam bibliografi sebanyak yang diperlukan. Kelebihan bentuk ini ialah katalog dapat diperbanyak dan dibawa kemana-mana. Tetapi kelemahannya tidak dapat menerima entri-entri baru. Katalog COM Computer Output Microform dibuat pada salah satu bentuk microfilm atau microfishe. Katalog dalam bentuk mikro ini relative lebih murah jika dibandingkan dengan katalog dalam bentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah daripada katalog kartu. Disisi lain, banyak pelanggan menemukan versi microfiche yang tidak menyenangkan digunakan. Taylor, 1992 dalam Hasugian, 2009. Katalog CD-ROM Compact Disk Read Only Memory adalah katalog yang dikemas dalam bentuk CD dan dioperasikan dengan menggunakan komputer. OPAC Online Public Access Catalog adalah Katalog yang tersimpan di komputer, dapat diakses dari berbagai titik atau lokasi selama titik/lokasi tersebut tergabung dalam jaringan internet. Menurut Hermanto 2007 OPAC banyak di gunakan pada berbagai perpustakaan karena memiliki berbagai keuntungan diantaranya Penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu Jajaran tertentu tidak perlu di-file Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai pendekatan sekaligus Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak terbatas 4. Susunan katalog perpustakaan a. Katalog Abjad terdiri dari 1. Katalog Pengarang Memberikan informasi mengenai karya seorang pengarang yang dimiliki perpustakaan. Pengertian pengarang mencangkup juga editor, complier, ilustrator, penerjemah dan lain-lain. 2. Katalog Judul Merupakan entri judul disusun menurut abjad 3. Katalog Subjek Entri subjek disusun menurut abjad, memungkinkan pengguna mengakses katalog menurut judul. 4. Katalog Susunan Kamus Katalog yang mencakup semua entri dalam satu jajaran. b. Katalog berkelas 1. Alphabetico-classed catalogue Katalog dengan entri subjek disusun menurut sebuah bagan klasifikasi. Dalam susunan ini, mula-mula entri katalog disusun menurut susunan klas, kemudian subdivisi dalam klas tersebut disusun menurut abjad. 2. Katalog terbagi divided catalogue Katalog terbagi sebenarnya merupakan sempalan dari katalog susunan kamus. Pada katalog terbagi terdapat 2 jajaran utama, yaitu jajaran subjek disusun menurut abjad serta gabungan pengarang dan judul, sisusun menurut abjad. Katalog ini merupakan katalog susunan kamus.
DefinisiYaitu, bahan utama penawaran dijelaskan oleh fungsi lain. Juga diartikan bahwa subjek lain adalah elemen yang berfungsi sebagai subjek diskusi. Karakteristik Subjek atau proposal utama adalah komponen penting dari tawaran. Subjek menentukan kejelasan makna kata. Posting topik yang salah dapat mengaburkan isi kalimat.
Membuat daftar klasifikasi subjek buatan sendiri adalah langkah yang penting dalam mengorganisir dan mengelola surat atau dokumen yang diterima di kantor. Dengan memiliki daftar subjek yang terstruktur, Anda dapat dengan mudah mencari dan mengakses informasi yang dibutuhkan. Tuliskan cara pembuatan daftar klasifikasi subjek buatan sendiri? Cara pembuatan daftar klasifikasi subjek buatan sendiriAda beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat daftar klasifikasi subjek buatan sendiri. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan mencatat setiap isi atau perihal surat yang diterima secara individual di dalam satu buku tulis atau catatan. Kemudian, daftar ini dapat disusun menurut subjek atau topik yang relevan. Jika terdapat beberapa perihal yang memiliki istilah yang sama, Anda hanya perlu mencatatnya sekali dalam itu, ada dua jenis daftar subjek yang umum digunakan, yaitu1. Daftar Subjek MurniPada jenis daftar ini, subjek-subjek atau topik-topik yang tercantum dalam daftar tidak memiliki kode unik atau identifikasi tambahan. Subjek-subjek ini hanya disusun berdasarkan abjad atau kategori yang relevan. Misalnya, jika Anda memiliki subjek "Pengadaan Barang," Anda dapat menuliskannya di bawah huruf "P" dalam Daftar Subjek BerkodePada jenis daftar ini, setiap subjek atau topik diberikan kode unik atau identifikasi tambahan. Kode ini dapat berupa angka, huruf, atau kombinasi keduanya. Pendekatan ini memungkinkan penggunaan kode sebagai referensi cepat dan sistematis untuk mengelompokkan subjek-subjek tertentu. Misalnya, subjek "Pengadaan Barang" dapat diberikan kode "PB-001" untuk mempermudah pencarian dan untuk mencatat bahwa daftar klasifikasi subjek buatan sendiri harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan kantor atau organisasi Anda. Anda dapat menyesuaikan struktur dan jenis daftar subjek sesuai dengan karakteristik dan kegiatan kantor Anda. Pastikan untuk membuat daftar yang jelas, mudah dipahami, dan dapat diakses dengan memiliki daftar klasifikasi subjek yang baik, Anda akan dapat mengatur, mengelola, dan mencari informasi dengan lebih efisien, meningkatkan produktivitas, dan menghindari kebingungan dalam mengelola dokumen dan surat-surat yang diterima.
. 155 443 273 10 214 273 413 362
tuliskan pengertian dari daftar klasifikasi subjek